gambar

Statistik

Rabu, 24 April 2013

My First Flash Fiction


     Aku baru saja tiba dari sebuah perjalanan panjang yang tidak ku tahu arah langkahnya. Sebenarnya aku juga bingung, aku baru melangkah dari mana tadi ? Kakiku bergerak tanpa bisa berhenti. Tepatnya bukan hanya melangkah di pijakannya. Terkadang aku melangkah di gugusan awan putih hitam berganti-gantian. Entahlah.
    Sampai akhirnya aku tiba disebuah dataran tinggi, dengan jutaan lampu kota yang terang benderang dibawah sana. Angin dingin menusuk ke kedalaman tulang belulangku. Sebuah tatapan yang kucinta kembali memenuhi ingatanku. Tatapan yang tidak pernah terlupakan.
     Raut wajahnya yang tenang, tapi tegas dan sedikit terlihat keras. Rahangnya yang kokoh, wajahnya yang putih, dan tanpa senyum yang selalu membuatku penasaran. Semakin sering aku memikirkannya, semakin aku mencintai setiap wujudnya yang sempurna tanpa dosa, rasanya.
     Aku sebenarnya membuat sedikit kejutan untuk sosok yang paling kucintai itu. Karena aku benar-benar berharap akan memilikinya sebagai teman sepanjang hidupku, dan bersamaku sampai ajalku nanti. Kalian tahu, aku punya bayangan pernikahan terindah yang pernah aku pikirkan. Dengan lampu kecil kelap kelip yang memenuhi seisi taman, dan lagu-lagu klasik yang mengalun dari piano tua, sungguh romantis menurutku.
    Tapi, seandainya aku bisa memohon atau membincangkan namanya dengan TUHAN, aku mau dia ada di satu dunia yang sama denganku. Meskipun untuk bisa bersamanya, aku harus memohon kepada pemilik mata tajam itu, agar segera saja mencabut nyawaku. Karena, yang sangat ku cintai itu adalah malaikat pencabut nyawaku.

SEANDAINYA. "Jika daratan dibawah kakiku sama dengan dibawah kakimu, tentu kita sudah menikah, hai malaikat pencabut nyawaku tercinta."

0 komentar:

Posting Komentar

Translate